Budidaya Ikan

Budidaya ikan koan

Pelestarian lingkungan hayati seringkali dihadapkan dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh manusia. Penangkapan ikan yang yang terus menerus tanpa mempertimbangkan aspek lestarinya, ditambah dengan adanya pencemaran limbah baik organik maupun anorganik, merupakan hal-hal yang mngancam kelestarian sumberdaya hayati perairan.

Sementara itu, pencemaran limbah organik sebagai akibat perkembangan lingkungan dan sistem budidaya ikan di karamba jaring apung akan mendorong terjadinya penurunan kualitas air yang ditandai dengan blooming plankton dan tumbuhnya gulma. Upaya untuk mengendalikan kondisi perairan yang ditumbuhi gulma dapat dilakukan dengan menebarkan benih ikan yang dapat dan mampu memanfaatkan gulma sebagai makanannya. Ikan koan (Ctenopharyngodon idella) atau yang sering pula disebut sebagai ikan grass carp, merupakan salah satu biota perairan yang dapat digunakan untuk mengatasi perkembangan gulma dalam suatu perairan.

Ctenopharyngodon idella atau ikan koan - sumber gambar ncfish
Ctenopharyngodon idella atau ikan koan – sumber gambar ncfish

Koan adalah salah satu anggota keluarga Cyprinidae. Di daerah asalnya, bobot tubuhnya dapat mencapai 30-36 kg, dan bahkan ada yang dapat mencapai ukuran 181 kg. Keberhasilan dalam pemijahan merupakan fungsi dari tempratur, umur, dan kondisi air. Telur ikan koan tergolong semi pelagis, sehingga tatkala induk akan bertelur memerlukan tempat khusus untuk perawatan telurnya. Kondisi di alam yang cocok untuk menunjang pemijahan ikan ini adalah kondisi perairan sungan yang panjang. Satu ekor betina, mampu menghasilkan lebih dari satu juta butir telur.

Pakan awal benih koan dapat berupa plankton, dan secara berkala mampu mengkonsumsi tanaman yang biasa tumbuh air dalam masa pertumbuhannya. Nafsu makannya dipengaruhi oleh suhu dalam air. Konsumsi terhapad pakan meningkat pada suhu 20–26 oC. Kemampuan memakan dan memanfaatkan tanaman di perairan itulah yang seringkali dapat dimanfaatkan untuk mengatasi over populasi gulma air.

Guna menjamin keberlangsungan penyediaan stok benih, maka perlu pula dilakukan kegiatan untuk memproduksi benih dan calon induk koan. Beberapa tahapan yang dapat Anda lakukan antara lain:

Pengelolaan Induk

Induk koan dipelihara dalam kolam induk dengan kepadatan 0.5 kg/m2. Pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan pakan buatan (pellet) sebanyak 3% bobot biomass per hari. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Sebagai pakan tambahan, induk koan juga diberi pakan berupa rumput-rumputan, sebanyak 50% bobot biomass per hari.

Pemilihan Induk

Induk yang matang gonad diseleksi dari kolam induk. Pemijahan koan masih bergantung kepada musim pemijahan, yaitu musim penghujan dan secara umum hanya berlangsung selama 6 bulan dalam satu tahun.

Ciri umum induk betina yang matang gonad ditandai dengan perut yang buncit dan terasa lembek, serta lubang genital yang berwarna kemerahan. Sementara, untuk jantan ditandai dengan genitalnya yang berwarna kemerahan serta keluarnya sperma jika dilakukan pengurutan. Untuk memastikan tingkat kematangan gonadnya, dilakukan pengambilan sampel telur dengan menggunakan kateter. Sampel telur induk yang siap dipijahkan memiliki ukuran yang seragam serta berwarna bening.

Pemijahan

Pemijahan induk koan dilakukan secara semi buatan. Perangsangan pemijahan dilakukan dengan bantuan hormon ovaprim yang disuntikkan secara intramuskular sebanyak 0.5–0.6 ml/kg bobot induk. Penyuntikan dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 8–10 jam. Setelah disuntik, induk dipijahkan di hapa pemijahan.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Setelah induk memijah, telur dipindahkan ke dalam akuarium penetasan. Karena sifatnya yang melayang, telur ikan koan dapat juga dipijahkan dalam bak fibre berbentuk bulat yang dilengkapi dengan aerasi. Telur ikan koan akan menetas 30–36 jam kemudian pada suhu 24 – 26oC. Larva yang menetas tetap dipelihara pada bak/akuarium penetasan hingga hari ketujuh. Larva koan tidak diberi pakan hingga saat ditebar di kolam pendederan.

Pendederan

Kegiatan pendederan ikan dilakukan dalam dua tahapan, yaitu Pendederan I dan II. Kolam pendederan disiapkan terlebih dahulu yang meliputi kegiatan pengeringan, pengapuran dan pemupukan dengan dosis 500 gr/m2. Pada pendederan I padat tebar yang dilakukan yaitu 100 ekor/m2 dan 50 ekor/m2 pada pendederan II.

Lama kegiatan pendederan I dilakukan selama 21 hari, sedangkan pada pendederan II, dilakukan selama 30 hari. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial sebanyak 40% bobot biomass (pendederan I) dan 30% bobot biomass (pendederan II).

Pembesaran Calon Induk

Benih yang digunakan untuk memproduksi calon induk merupakan hasil dari kgiatan pendederan II. Pembesaran dilakukan di kolam air tenang dengan kepadatan 10 ekor/m2 selama 3 bulan. Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan berupa pellet dengan dosis 10% di satu bulan pertama serta 5% dan 3%, masing-masing di bulan kedua dan ketiga.

Adi Sucipto

Selamat datang di www.adisucipto.com, platform yang dikelola oleh Adi Sucipto, seorang ahli dalam pemuliaan genetik ikan dan teknologi akuakultur. Temukan informasi terbaru tentang inovasi dalam budidaya ikan, teknologi bioflok, pembenihan lele dan ikan nila, serta pemanfaatan IoT dan otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas akuakultur. Melalui pendekatan yang berkelanjutan, kami berfokus pada solusi inovatif untuk mengoptimalkan bisnis perikanan di Indonesia, menjadikan budidaya ikan lebih efisien dan ramah lingkungan.

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

"Oops! Sepertinya kamu menggunakan Ad Blocker."

Konten di situs ini didukung oleh iklan untuk menjaga layanan tetap gratis. Mohon matikan Ad Blocker kamu untuk melanjutkan dan menikmati seluruh fitur situs.

Terima kasih atas pengertiannya!