Penggandaan set kromosom dapat dilakukan melalui triploidisasi dan tetraloidisasi. Secara sederhana, saya gambarkan bahwa triploidisasi pada ikan merupakan bentuk pemanfaatan sifat biologis organisme akuatik. Sebagian besar oraganisme, memiliki dua set kromosom di tiap selnya. Kita kemudian mengenalnya sebagai dua set kromosom atau diploid (2N). Dan karena selama proses regenerasi organisme melibatkan faktor reproduksi, maka gamet haploid yang dihasilkannya adalah 1N.
Lalu, bagaimana ikan triploid itu dapat dihasilkan?
Memahami triploidisasi pada ikan, sebenarnya sama saja dengan proses ginogenesis miotik. Pada ginogenesis miotik, pelaksanaan shock (kejutan)-nya dilakukan pada saat pembelahan sel miosis II. Kok miosis II? Ya, karena miosis I sudah terjadi pada saat ovulasi.
Jadi, pemahaman prosesnya memang perlu dicermati dulu. Saya uraikan lagi dari awal…. Pada saat oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk ovulasi), sel telur belumlah dalam keadaan 2N; melainkan 4N. Saat pembelahan sel miosis I terjadi, kita kemudian mengenalnya bahwa sel telur telah matang. Saat itulah ada ”loncatan” polar body I (2N), sehingga sel telur yang awalnya 4N menjadi 2N. Nah… di sinilah pemahaman tentang miosis perlu dipahami bahwa selama pembelahan sel terjadi, ada pengurangan set kromosom menjadi setengah dari semula. Dan di sini pulalah letak perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis (pembelahan yang ditandai dengan penggandaan atau perbanyakan jumlah sel).
Sekarang, kita telah (anggap saja) memiliki satu buah sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah sel sperma (1N). Jika keduanya kita pasangkan, maka terjadilah pembuahan. Umumnya, pembuahan pada ikan terjadi secara eksternal. Karenanya, maka air dapat digunakan sebagai media terjadinya pembuahan. Karena pada saat itulah, sperma akan bergerak (motil) menuju mikrofil (lubang berukuran mikro pada telur). Apakah semua bagian sperma, masuk ke sel telur melalui mikrofil? Menurut beberapa peneliti, hanya bagian kepala sperma saja yang masuk; sedangkan bagian ekornya hanya sebagai pengantar dan tidak ikut masuk. Pada bagian ekor inilah tempatnya komponen mitokondria (cadangan energi) sperma.
Dan dalam pemahaman keilmuan yang lebih tinggi, itulah alasannya kenapa analisa DNA mitokondria didasarkan kepada individu betinanya saja. Pada paragraf ini, pikiran saya mulai ngelantur (semua informasi tentang sperma, kandungan sperma, kromosom di dalamnya, apa saja yang dapat menyebabkan sel telur terbuahi oleh selain sperma, dll sepertinya ingin keluar dan ingin agar saya tuliskan). Namun, saya stop saja; karena semua itu akan memperlebar daerah jangkauan pembahasan. Dan sebagai saran saya, silahkan Anda sempatkan juga untuk sekedar membuka buku biologi/genetik yang berisi gambar tentang pembelahan sel selama oogenesis dan spermatogenesis pada ikan. Ingat… pada ikan, bukan pada manusia.
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma, maka satu set kromosom sperma memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada sel telur. Dan sebagai akibatnya, ada satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan pasangan. Itulah yang kemudian dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar body II yang berisi satu set kromosom (1N) akan ”ke luar” dari sistem. Beberapa peneliti sering mengistilahkan sebagai ”ke luar dari telur”, walaupun saya sendiri belum menemukan jawaban tentang bagaimana ia keluar atau apa pintu keluarnya? Saya hanya memahami berdasarkan logika bahwa ada mekanisme penghancuran terhadap satu set kromosom yang tidak menemukan pasangannya itu. Nah… dengan keluarnya polar body II, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada kondisi normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni pembelahan sel mitosis.
Jika proses keluarnya polar body II kita ganggu hingga mengalami kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu akan tetap memiliki tiga set kromosom; dua set dari sel telur dan satu set dari sel sperma. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai triploid atau individu yang memiliki tiga set kromosom (3N).
Penjelasan berikutnya adalah untuk menjawab pertanyaan Anda tentang kejutan panas dan proses triploidisasi. Kejutan panas, hanyalah salah satu contoh saja yag dapat dilakukan jika hendak memproduksi ikan triploid. Anda dapat saja menggunakan perlakukan kejutan dingin (cold shock), chemical shock atau pun pressure shock. Kenapa memilih kejutan panas? Karena teknik inilah yang diyakini lebih sederhana dalam pengerjaannya dan lebih murah. Walaupun jarang terjadi, individu triploid dapat saja terbentuk secara alamiah tanpa campur tangan manusia atau karena mutasi. Beberapa ikan hibrid, ada juga yang memiliki tiga set kromosom. Dan sampai di sini, saya teringat dengan tulisan-tulisan saya tentang poliploidisasi dan lainnya yang terkait dengan hal ini. Karenanya, saya berharap tidak terjadi tumpang tindih atau duplikasi dalam penulisan.